Pendahuluan
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung ini secara umum terdiri dari dua pulau besar yaitu
Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil yang mengelilingi kedua
pulau tersebut. Luas perairan secara
keseluruhan adalah 65.301 km2. Letak geografis Kepulauan Bangka Belitung berada di antara
dua lautan besar, yaitu Laut Natuna dan Laut Cina Selatan di bagian utara dan
Laut Jawa di bagian selatan. Sedangkan di bagian barat terdapat Selat Bangka
yang memisahkan Pulau Bangka dengan Pulau Sumatera serta di bagian timur
terdapat Selat Karimata yang memisahkannya dengan Pulau Kalimantan. Di antara
Pulau Bangka dan Pulau Belitung dipisahkan oleh Selat Gelasa.
Penelitian sumberdaya arkeologi di
Kepulauan Bangka Belitung oleh Balai Arkeologi Palembang telah dilaksanakan
sejak tahun 1993. Secara umum kegiatan
penelitian yang telah dilakukan di Kepulauan Bangka Belitung baru mencakup
wilayah di Pulau Bangka dan Pulau Belitung saja, padahal kedua pulau tersebut
hanyalah dua buah pulau besar yang dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Pada kenyataannya provinsi ini memiliki pulau-pulau kecil yang
mengelilingi Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang tersebar di perairan wilayah
ini.
Sebagai kepulauan yang terletak di
jalur perdagangan maritim yang cukup ramai, perairan Bangka Belitung merupakan jalur perlintasan
kapal-kapal dagang yang berlayar dari arah Selat Malaka maupun Laut Cina
Selatan menuju kota-kota pelabuhan di pantai utara Jawa, pantai selatan
Kalimantan hingga kawasan timur nusantara. Demikian juga sebaliknya ketika
kapal-kapal tersebut berlayar kembali ke Selat Malaka atau Laut Cina Selatan,
mereka akan melintasi perairan tersebut.
Berdasarkan data sejarah, diketahui
bahwa perairan
di wilayah Bangka
Belitung merupakan
jalur perdagangan maritim pada abad 15 M. Meskipun
demikian berdasarkan
analisis terhadap temuan keramik dari situs kapal tenggelam di perairan Bangka Belitung menunjukkan bahwa wilayah ini telah menjadi jalur
perdagangan maritim sejak masa yang lebih tua, yaitu abad 9 M. Berdasarkan data
Departemen Kelautan dan Direktorat Peninggalan Bawah Air diketahui juga bahwa lokasi kapal tenggelam tersebar di seluruh
perairan Bangka Belitung. Hal ini dapat
dikaitkan dengan banyaknya gosong karang di perairan ini, yang
merupakan salah satu penyebab kapal tenggelam.
Banyaknya gosong karang di perairan
Bangka Belitung antara lain tercatat dalam ‘roteiros’, yaitu laporan-laporan pelayaran yang ditulis oleh
pelaut Portugis yang berasal dari abad ke 16 M.
Dalam laporan tersebut digambarkan
bahwa perairan Selat Bangka yang lebih dekat dengan Pulau Sumatera cenderung
lebih dangkal dan berlumpur sedangkan perairan yang mendekati Pulau Bangka
banyak terdapat gosong karang (Manguin 1984)
Selain itu dalam buku Direction for
Sailing to The East Indies yang ditulis oleh James Horsburgh pada tahun 1848,
diberitakan bahwa Junk Cina bernama Tek
Sing yang berlayar dari Amoy pada tanggal 14 Januari 1822 menuju Batavia
tenggelam di dekat Karang Belvidere di perairan Selat Gelasa karena menabrak
karang (Pickford dan Hatcher 2000: 6).
Pada
awalnya pelaut-pelaut masa lalu ketika melintasi kawasan perairan Bangka
Beliutng memanfaatkan bentang alam sebagai rambu-rambu naviagasinya, dalam
perkembangan berikutnya pada akhir abad 19 M bentang alam tersebut mulai
digantikan oleh mercusuar. Dalam tulisan
ini akan dikaji keberadaan mercusuar-mercusuar di wilayah perairan Bangka
Belitung berkaitan dengan posisi Bangka Belitung sebagai jalur perlintasan
perdagangan maritim di nusantara.
Mercusuar-Mercusuar di Perairan Bangka Belitung
Berdasarkan studi kepustakaan, terdapat
11 buah mercusuar yang tersebar di perairan Bangka Belitung yang didirikan pada
masa kolonial Hindia-Belanda. Balai Arkeologi Palembang sendiri baru meneliti 2
buah mercusuar, yaitu mercusuar Tanjungkelian, Kecamatan Muntok, Kabupaten
Bangka Barat dan Pulau Lengkuas, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung; sedangkan
mercusuar Pulau Pelepas, Kecamatan Sungai Selan, Kabupaten Bangka Tengah baru
dilakukan peninjauan.
1. Tanjung Kelian
Secara administrasi terletak di
Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat. Mercusuar Tanjung Kelian berfungsi
untuk menandakan bahwa kapal-kapal yang berlayar dari arah utara telah memasuki
Selat Bangka. Mercusuar ini terletak di sebuah tanjung yang berhadapan langsung
dengan muara Sungai Musi, berjarak sekitar 6 km sebelah barat daya Kota Muntok,
Kabupaten Bangka Barat. Didirikan pada tahun 1862 dan memiliki denah lingkaran
terbuat dari bahan bata. Bangunan mercusuar berwarna putih pada bagian tubuhnya
dan merah di bagian puncaknya. Bidang fokus mercusuar Tanjung kelian berjarak
38 m. Secara umum mercusuar setinggi 56 m ini merupakan bagian dari kelompok
bangunan yang dikelilingi oleh pagar tembok yang berdenah segi lima.
Bangunan-bangunan yang menyertai mercusuar tersebut merupakan bangunan
penunjang yang berfungsi sebagai kantor dan tempat tinggal dengan segala
kelengkapannya.
2. Pulau Pelepas
Mercusuar Pulau Pelepas terletak di
wilayah administrasi Kecamatan Sungai Selan, Kabupaten Bangka Tengah. Berfungsi
untuk memandu kapal-kapal untuk berbelok ke kanan ketika melintas di Selat
Bangka menuju Laut Jawa. Mercusuar ini terletak di sebuah pulau yang berada di
bagian timur selat. Tahun pendirian mercusuar ini tidak diketahui tetapi pada
dinding mercusuar terdapat prasasti perbaikan mercusuar yang berangka tahun
1893 Bangunan mercusuar memiliki denah segi 12 terbuat dari bahan logam.
Keseluruhan bangunan berwarna putih dengan bidang fokus sejauh 66 m. Pada
bagian atas pintu masuk mercusuar terdapat prasasti yang bertuliskan:
Onder de regeering van
H.M. KONINGIN
WILHEMINA
Gedurende het
regentschap van
H.M. KONINGIN
EMMA
Opgericht voor
draailicht
Eerste groote
1893
Secara umum mercusuar ini merupakan
bagian dari kelompok bangunan yang berfungsi sebagai kantor dan tempat tinggal
dengan segala kelengkapannya dan dikelilingi oleh pagar tembok.
3. Pulau Besar
4. Pulau Maspari (Lucipara)
Terletak di sebuah pulau yang berjarak
sekitar 15 km dari Tanjung Kait, Kabupaten OKI, Provinsi Sumatera Selatan.
Mercusuar ini berfungsi untuk menandakan bahwa kapal-kapal telah memasuki Laut
Jawa atau sebaliknya sebagai penanda bahwa kapal-kapal yang berlayar dari Laut
Jawa telah memasuki Selat Bangka. Masa pendiriannya tidak diketahui, berupa
rangka besi yang berwarna putih. Bidang fokus mercusuar berjarak 40 m.
5. Pulau Celata (Celaka)
Secara administrasi terletak di wilayah
Kabupaten Bangka Selatan. Mercusuar Pulau Celata berfungsi memandu kapal-kapal
yang melintas di Selat Gelasa. Masa pendirian mercusuar tidak diketahui, bidang
fokus berjarak 32 m.
6. Tanjung Berikat
Mercusuar ini terletak di wilayah
administrasi Kabupaten Bangka Tengah. Secara geografis terletak di sebuah
tanjung dan berfungsi sebagai menandakan bahwa kapal-kapal yang berlayar dari
arah utara telah memasuki Selat Gelasa. Masa pendirian mercusuar tidak
diketahui. Terbuat dari bahan logam berwarna putih dan memiliki bidang fokus
sejauh 46 m.
7. Pulau Penyusuk
Terletak di wilayah administrasi
Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka. Secara geografis terletak di sebuah pulau
di seberang tanjung di perairan Teluk Klabat. Masa pendirian tidak diketahui,
berupa rangka besi berwarna putih dengan bidang fokus berjarak 36 m.
8. Pulau Lengkuas
Secara adminstrasi terletak di
Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Mercusuar ini berfungsi untuk memandu
kapal-kapal yang melintasi Selat Karimata. Didirikan pada tahun 1882, berdenah
lingkaran dan terbuat dari bahan logam dengan warna putih. Mercusuar Pulau
Lengkuas memiliki bidang fokus sejauh 61 m. Pada bagian atas pintu masuk
terdapat prasasti yang bertuliskan:
Vervaa…
Door
L.I.EINTHOVEN & CO
Fabrikanten
..................
1882
Secara umum mercusuar ini merupakan bagian dari
kelompok bangunan yang berfungsi sebagai kantor dan tempat tinggal dengan
segala kelengkapannya dan dikelilingi oleh pagar tembok.
9. Tanjung Air Lancur
Mercusuar Tanjung Air Lancur terletak
di wilayah administrasi Kabupaten Belitung. Secara geografis terletak di Pulau
Mendanau, di pantai barat Pulau Belitung. Mercusuar ini berfungsi untuk memandu
kapal-kapal yang melintasi Selat Gelasa. Didirikan pada tahun 1882, berdenah
lingkaran dan terbuat dari bahan logam. Keseluruhan bangunan berwarna putih.
Mercusuar Tanjung Air Lancur memiliki bidang fokus sejauh 62 m.
10. Pulau Pesemut
Secara geografis mercusuar Pulau
Pesemut terletak di sebuah pulau yang berjarak sekitar 65 km sebelah timur laut
Pulau Belitung. Mercusuar ini berfungsi memandu kapal-kapal yang melintasi
Selat Karimata. Masa pendirian tidak diketahui. Bangunannya berupa rangka besi
dan berwarna putih. Bidang fokus mercusuar Pulau pesemut berjarak 43 m.
11. Pulau Semidang
Secara geografis mercusuar Pulau Semidang
terletak di Laut Jawa dan berjarak 80 km sebelah tenggara Pulau Bangka atau 50
km sebelah barat daya Pulau Belitung. Mercusuar ini didirikan pada tahun 1883.
Berupa bangunan yang berdenah segi 16, terbuat dari bahan logam dan berwarna
putih. Bidang fokus menara ini berjarak 61 m.
Pembahasan
Berdasarkan kronologi pendiriannya,
pembangunan mercusuar di perairan Bangka Belitung diperkirakan baru dimulai
pada akhir abad ke 19 M. Sebelum adanya mercusuar, kapal-kapal yang melintasi perairan Bangka Belitung menggunakan bentang alam sebagai pemandu seperti bukit, tanjung atau pulau kecil. Berita Cina Shun-feng hsiang-sung dari abad ke 15 M menjelaskan bahwa penanda kapal-kapal yang berlayar dari arah utara
menuju Laut Jawa atau sebaliknya telah memasuki Selat Bangka adalah Bukit Menumbing,
yang terletak di di
sebuah tanjung di pantai barat Pulau Bangka (Wolters 1979). Dalam ‘roteiros’, selain menggambarkan kondisi Selat Bangka
digambarkan juga tiga titik yang merupakan penanda jika kapal telah memasuki
Selat Bangka, yaitu Bukit Menumbing, Pulau Nangka dan Tanjung Berani. Dalam
catatan perjalanan Tome Pires (1512-1515) disebut juga
Pulau Lucipara, yang terletak di bagian akhir selat Bangka, yang merupakan
titik penanda untuk kapal-kapal yang berlayar menuju Kerajaan Sunda, Kepulauan
Mandalika, Pelabuhan Jepara dan Kepulauan Maluku (Cortesao 1944:157).
Dalam perkembangan selanjutnya fungsi
bentang alam tersebut digantikan oleh mercusuar. Secara umum mercusuar
merupakan bagian dari navigasi laut. Dalam navigasi laut, mercusuar berfungsi
sebagai rambu-rambu untuk menandai kondisi suatu wilayah perairan. Keberadaan
mercusuar diperlukan untuk mengarahkan posisi kapal dengan mengikuti batas terluar dari
cahaya lampu suar yang merupakan jarak aman dari
karang atau tempat-tempat yang dangkal.
Kondisi wilayah perairan Bangka
Belitung terutama di sekitar Selat Gelasa banyak terdapat gosong karang. Selain
itu Selat Gelasa juga merupakan perairan yang sempit dan banyak terdapat
pulau-pulau kecil sehingga di wilayah ini dibangun 4 buah mercusuar dengan
jarak antar mercusuar relatif tidak terlalu jauh, yaitu mercusuar Pulau
Semidang, Tanjung Air Lancur, Tanjung Berikat dan Pulau Celata. Selain gosong
karang dan kawasan perairan yang sempit, mercusuar juga ditempatkan pada lokasi
dimana sebuah kapal harus menentukan arah pelayarannya seperti mercusuar Pulau
Pelepas. Mercusuar Pulau Pelepas dibangun untuk memandu kapal-kapal yang
melintasi Selat Bangka agar berbelok ke kanan untuk menuju Laut Jawa atau
sebaliknya dari arah Laut Jawa menuju Selat Malaka kapal-kapal harus berbelok
ke kiri.
Penutup
Perairan
Bangka Belitung telah menjadi jalur perdagangan maritim sejak abad 9 M. Kondisi
perairan Bangka Belitung banyak terdapat gosong karang, perairan yang dangkal, celah-celah
sempit dan pulau-pulau kecil ditambah dengan keterbatasan teknologi navigasi
pelayaran menjadikan faktor pendukung terjadinya kecelakaan laut di wilayah
ini. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bentang alam dimanfaatkan untuk rambu-rambu
navigasi kapal-kapal yang melintasi
kawasan perairan ini hingga pada akhir abad 19 M fungsinya mulai digantikan
oleh mercusuar.
Pada
dasarnya arkeologi maritim mempelajari interaksi manusia dengan laut, danau dan
sungai yang mencakup obyek kapal, muatan kapal, fasilitas yang ada di kawasan
perairan dan masyarakat pendukung kebudayaan maritim (Mundardjito 2007: 9-13). Secara
umum mercusuar merupakan salah satu bentuk fasilitas di kawasan perairan yang
berfungsi sebagai sarana bantu navigasi pelayaran untuk
membawa kapal dari suatu tempat ke tampat tujuan dengan aman dan efisien. Dengan demikian kajian mengenai
mercusuar dapat menambah khasanah penelitian dalam pengembangan arkeologi
maritim di Indonesia.
Daftar Pustaka
Cortesao, Armando, 1944, The Suma Orienta of Tome Pires: An Account
of The East. London: Hakluyt Society.
Listiyani, 2008, “Keramik BMKT Hasil
Survei Kepurbakalaan di Kabupaten Belitung”, Relik No 06 September 2008.
Manguin, Piere Yves, 1984, “Garis
Pantai Sumatra di Selat Bangka: Sebuah Bukti Baru Tentang Keadaan yang Permanen
Pada Masa Sejarah”, Amerta no 8 hal.
17-23.
Mundardjito, 2007, “Paradigma dalam Arkeologi
Maritim”, Wacana vol II no 1 April
2007: 1-20.
Pickford,
Nigel dan Michael Hatcher, 2000, The
Legacy of Tek Sing China’s Titanic- its Tragedy and its Treasure
Utomo, Bambang Budi (ed.), 2008, Kapal
Karam abad ke 10 di Laut Jawa Utara Cirebon. Jakarta: Panitia Nasional
Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berhatga Asal Muatan Kapal Tenggelam.
Wolters, OW, 1979, “A Note on Sungsang
Village at The Estuary of The Musi River in Southeastern Sumatra: A
Reconsideration of the Historical Gography of the Palembang Region”, Indonesia no 27 hal. 33-50
www.unc.edu “Lighthouses of Sumatera” diakses
tanggal 20 Agustus 2009
Tulisan ini telah diterbitkan dalam “Siddhayatra” Vol. 15 Nomor 1 Mei 2010 hal. 47-53