Kamis, 09 Februari 2012









Kampung Tuatunu, Pangkalpinang – Bangka

Berdasarkan toponiminya nama Tuatunu berarti kampung tua yang ditunu atau dibakar. Kampung Tuatunu yang sekarang sebenarnya adalah pindahan dari permukiman yang berada di tepi Sungai Nyelanding. Dikarenakan permukiman tersebut diserang kemudian dibakar oleh perompak, maka mereka pindah menetap di lokasi yang sekarang.

Rumah-rumah di Kampung Tuatunu berupa bangunan panggung yang didirikan di atas tiang setinggi 30 cm dari permukaan tanah, pada beberapa rumah tiang tersebut telah diganti dengan cara meninggikan bagian kaki rumah. Denah bangunan berbentuk persegi, dan terdiri dari 3 bagian yaitu bagian depan yang berfungsi sebagai ruang tamu; bagian tengah yang terdiri dari ruang-ruang yang berfungsi sebagai kamar tidur dan bagian belakang yang berfungsi sebagai dapur dan kamar mandi. Bentuk atap bangunan rumah di Kampung Tuatunu ada 2 tipe, yaitu tipe pelana dan hipped roof. Bentuk pintu dan jendela pada bangunan rumah di Tuatunu umumnya berdaun dua dan berjalusi. Hampir semua halaman depan pada bangunan rumah di Kampung Tuatunu terdapat sumur.

Belum dapat diketahui sejak kapan Kampung Tuatunu berada, namun demikian terdapat kemungkinan sebelum masa kolonial Hindia Belanda. Hal ini didasarkan temuan balok timah yang dilihat dari bentuk fisiknya menunjukkan bahwa balok timah tersebut dicetak dengan cetakan yang sederhana sehingga ukuran dan bentuk masing-masing balok tidak sama. Dari warna balok timah dan hasil laboratorium PT Timah yang menyebutkan bahwa kadar Sn balok timah hanya 94, diperkirakan juga balok-balok tersebut diproses dengan sistem peleburan yang masih menggunakan kayu bakar. Berdasarkan hal tersebut kemungkinan balok-balok timah tersebut berasal dari masa Kesultanan Palembang Darussalam dimana pada saat itu peleburan timah masih dilakukan secara sederhana.