Kamis, 18 Maret 2010

Pola Pemukiman Kota Batavia Abad XVII-XVIII*)

Pendahuluan

Salah satu kajian dalam ilmu arkeologi adalah arkeologi kota. Dalam kajian ini yang menjadi obyek penelitian adalah tinggalan-tinggalan arkeologi yang merupakan komponen kota, seperti bangunan pemerintahan, bangunan umum, bangunan hunian, dan jaringan jalan. Meskipun demikian yang dibahas dalam kajian ini tidak hanya mengenai arsitekturnya saja, tapi kota sebagai satu satuan organisasi sosial. Jadi dalam hal ini pembahasan arkeologi kota lebih cenderung pada tata guna lahan dan hubungan antar komponen-komponen kota.

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, definisi kota adalah daerah perumahan dan bangunan-bangunan yang merupakan suatu kesatuan tempat kediaman dan juga merupakan pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya (1990: 153). Pada dasarnya kota mmerupakan tempat konsentrasi sejumlah besar orang, tempat masyarakat tinggal dan bekerja, adanya spesialisasi pekerjaan atau industri, perdagangan luar negeri dan menjadi pusat pelyanan bagi daerah-daerah di sekitarnya (Rappaport 1985).

Dalam Encyclopaedy of Urban Planning, berdasarkan perkembangannya kota dapat dibagi menjadi 2, yaitu kota yang terencana atau kota organik. Sebuah kota yang terencana dapat dilihat dari adanya jaringan jalan utama yang berpola dan pada jaringan jalan tersebut biasa terdapat bangunan-bangunan umum dan bangunan-bangunan hunian; sedangkan kota organik umumnya merupakan kota yang berkembang dengan sendirinya karena adanya suatu aktivitas tertentu dan bukan hasil dari keinginan penguasa (Whittick ed. 1974: 263).

Saat mendirikan Batavia, VOC menetapkan kota tersebut merupakan pusat perdagangannya di Asia. VOC juga mendirikan Batavia dengan menggunakan konsep yang dipakai di negara asalnya. Sebagai pusat VOC di Asia maka Batavia dibangun sedemikian rupa menyerupai kota yang ada di Belanda, karena itu Batavia juga nerupakan kota yang terbesar di antara kota-kota yang menjadi koloni VOC di Asia (Gill 1994: 6).

Pembangunan Batavia menjadi kota yang mempunyai kanal-kanal dan dikelilingi oleh sebuah tembok kota yang lengkap dengan bastion-bastion berlangsung antara tahun 1619 sampai 1650. Setelah pembangunan fisik kota selesai banyak para pendatang yang kagum akan keberhasilan VOC dalam mewujudkan sebuah kota yang sesuai dengan kota di tanah airnya, sehingga pada saat itu Batavia dikenal sebagai "Koningin van Het Oosten" (de Vries 1988:10; Blusse 1988: 23).

Keindahan Batavia mulai memudar sejak tahun 1699, setelah Gunung Salak meletus sehingga mengakibatkan terjadinya pengendapan lumpur pada ungai dan kanal-kanal di Batavia yang mengganggu kelancaran aliran airnya. Kondisi Batavia menjadi bertambah buruk dengan rusaknya lingkungan hutan di sekitar Batavia yang ditebang untuk penanaman tebu, yang mengakibatkan terpolusinya kanal-kanal di Batavia karena limabh tebu tersebut (Blusse 1988: 41).

Perkembangan Kota Batavia Abad XVII - XVIII

Berdasarkan pengamatan terhadap peta-peta Batavia terlihat bahwa kota tersebut memulai perkembangannya di sisi timur Sungai Ciliwung. Dalam perkembangan berikutnya, terlihat kota mulai berkembang ke sisi barat sungai Ciliwung kemudian ke arah selatan sampai akhirnya berkembang terus hingga ke luar tembok kelling kota. Agar lebih memperjelas bagaimana perkembangan kota Batavia abad XVII-XVII, berikut hasil penafsiran dari beberapa peta Batavia:

Peta Batavia tahun 1619

Pada peta ini terlihat batas utara kota Batavia adalah Laut Jawa, batas selatan dan timur adalah tanah kosong, serta batas barat adalah Sungai Ciliwung. Seperti diketahui, setelah Nassau dan Mauiritius didirikan, kemudian kedua bangunan tersebut diperkuat dengan benteng. Pada peta ini terlihat benteng tersebut terdapat di sisi timur muara Sungai Ciliwung. Terlihat juga, menempel di sisi timurnya, rencana benteng yang lebih besar yang akan didirikan yang kemudian bernama Kastil Batavia.

Tampak sebagian dari lokasi pemukiman yang terletak di sebelah selatan benteng sudah dilindungi, sedang sebagian lagi masih dalam tahap direncanakan untuk dilindungi (ditandai dengan adanya garis putus-putus pada peta dan berdasarkan legenda). Sistem jaringan jalan belum tampak dengan jelas, tetapi sudah terlihat adanya usaha pembuatan kanal-kanal yang digali dari Sungai Ciliwung. Sungai Ciliwung sendiri terlihat memiliki anak-anak sungai yang banyak yang sebagian besar mengarah ke bagian barat, di mana di bagian tersebut masih terlihat sisa-sisa kota Jayakarta yang terdapat di sisi barat Sungai Ciliwung yang dikelilingi oleh anak sungai tersebut. Keraton, mesjid, dan pasar yang merupakan sebagian dari komponen kota Jayakarta masih disebut dengan jelas pada peta ini.

Bangunan-bangunan VOC pada peta ini belum tergambar dengan jelas, hanya sebuah bangunan pabean yang terletak di sisi barat muara Sungai Ciliwung dan sebuah bangunan pertahanan di dekat reruntuhan kota Jayakarta, serta di sebelah barat lautnya terdapat pemakaman untuk orang-orang Jawa.

Peta Batavia tahun 1622

Pada peta ini tampak kota Batavia sudah mulai ber kembang. Terlihat kastil Batavia sudah didirikan tetapi benteng Jacatra belum dihancurkan. Rencana perlindungan terhadap pemukiman sudah sepenuhnya dilakukan, hal ini terlihat sudah dibuatnya kanal yang sejajar di sisi timurnya. Kanal tersebut terletak tegak lurus dari kanal yang membujur di sisi selatan kastil dan kemudian membelok ke arah Sungai Ciliwung.

Sistem jaringan jalan sudah mulai terlihat jelas seiring dengan sistem penempatan kanal-kanalnya. Ketiga kanal yang telah disebutkan pada peta sebelumnya terlihat telah dihubungkan oleh kanal yang tegak lurus. Sungai Ciliwung masih merupakan batas bagian barat Batavia dimana pada sisi barat masih terlihat anak-anak sungainya yang mengalir di bagian tersebut.

Pemukiman digambarkan masih terbagi dua, yaitu yang dilindungi oleh kanal keliling dan yang tidak dilindungi. Pada kanal keliling yang membatasi kedua daerah tersebut terdapat sebuah pintu gerbang, yaitu Heerenpoort. Daerah pemukiman yang tidak dilindungi terletak di sebelah selatan pemukiman yang dilindungi dan dibatasi oleh Sungai Ciliwung pada bagian barat dan selatannya, sedangkan pada bagian timurnya berupa tanah kosong. Untuk pertahanan dibangun sebuah parit perlindungan kecil (redoute) di sebelah utara sungai Ciliwung.

Pada peta ini tergambar juga lokasi balai kota dan gereja yang terletak di dekat sebelah selatan kanal melintang yang kedua, sedangkan pasar terletak di sebelah utara kanal melintang yang pertama. Mulai terlihat juga bangunan-bangunan milik VOC yang didirikan di sisi barat Sungai Ciliwung, seperti tempat pembuatan dan perbaikan kapal, serta tempat penyimpanan kapal tepatnya di sisi utara salah satu anak sungai Ciliwung. Di muara sungai Ciliwung terdapat palang kayu (boom) dan sebuah rumah cukai (tolhuis) dan di sebelah timurnya terdapat bangunan pabean. Terlihat juga bangunan yang bukan milik VOC, yaitu loji Inggris yang terletak di sebelah barat sungai Ciliwung. Di sebelah barat bangunan tersebut terdapat pemakaman orang-orang Jawa dan pemakaman orang-orang Inggris.

Peta Batavia tahun 1627

Kota Batavia pada peta ini sudah terlihat berkembang ke arah selatan, di mana terlihat adanya perlindungan pemukiman dengan kanal yang merupakan kelanjutan dari kanal keliling yang telah disebutkan pada peta sebelumnya. Kastil Batavia sudah tergambar lengkap dengan kanal keliling (Kasteelgracht), dataran di sisi barat kastil yang merupakan lokasi keberadaan benteng Jacatra sudah bersatu dengan Sungai Ciliwung, tetapi benteng tersebut masih tergambar.

Pada peta ini terlihat pemukiman bagian timur telah terlindungi oleh kanal dan tembok kota dengan bastion-bastion Gelderland dan Hollandia. Di sebelah timur laut Hollandia terdapat pintu gerbang darat (landpoort) untuk menuju luar kota bagian timur.

Kanal-kanal dalam kota mulai terlihat jelas dan terpola seiring dengan jaringan jalan. Terdapat empat buah kanal yang melintang, yaitu Oudemarktgracht, Oudekerkgracht, Derdedwarsgracht, dan Vierdedwarsgracht. Keempat kanal tersebut dihubungkan oleh kanal yang tegak lurus,yaitu Tijgergracht. Dari Vierdedwrarsgracht terdapat kanal yang melintang hingga Sungai Ciliwung, yaitu Tayolinsgracht.

Antara Kastil dengan daerah pemukiman dihubungkan oleh sebuah jalan, yaitu Prinsestraat. Sejajar dengan Tijgergracht, terdapat jalan Heerestraat yang membentang dari Oudemarktgracht sampai Sungai Ciliwung. Dari Heerestraat terdapat sebuah jalan yang membujur hingga Tayolinsgracht, yaitu Kalverstraat dan Koestraat.

Di bagian barat Sungai Ciliwung masih terlihat anak-anak sungainya dan reruntuhan kota Jayakarta. Usaha perlindungan terhadap bagian barat Sungai Ciliwung dapat dilihat dengan didirikannya sebuah bastion Zeelandia di sudut barat daya pada pertemuan anak sungai Ciliwung. Terlihat pada peta ini dua buah jalan tetapi belum berpola, yaitu Koningstraat dan Gravenstraat. Bangunan-bangunan yang tercantum dalam peta ini antara lain, balai kota yang terletak di sisi timur Heerestraat; gereja yang terletak di sebelah barat daya balai kota; dan pasar terletak di sebelah barat laut balai kota. Di sisi selatan Oudemarktgracht terdapat sebuah sekolah. Di sisi selatan Koestraat terdapat sebuah rumah sakit milik VOC. Di bagian barat Sungai Ciliwung terlihat bangunan-bangunan seperti rumah cukai (tolhuis) dengan palang kayu (boom) di muara sungai Ciliwung, tempat pengerjaan kayu yang terletak di sisi barat muara Sungai Ciliwung, tempat berlabuh kapal-kapal beratap yang terletak di sebelah selatan anak sungai Ciliwung, dan tempat pembakaran kapur di sisi barat Gravenstraat. Pada peta ini juga masih terlihat reruntuhan kota Jayakarta dan di sebelah baratnya terdapat loji Inggris serta di sebelah timurnya terdapat bekas pemakaman orang-orang Inggris.


Peta Batavia tahun 1628

Terlihat pada peta ini pembangunan masih dipusatkan di bagian timur sungai Ciliwung. Tetapi pada bagian barat sungai Ciliwung sudah mulai dibangun kanal-kanal keliling untuk melindungi daerah. Keadaan sungai Ciliwung terlihat melebar di bagian muaranya dan anak-anak sungainya tergambar lebih sedikit dibanding dengan peta-peta dari tahun-tahun sebelumnya.

Benteng Jacatra masih tergambar tetapi berukuran lebih kecil dari pada peta-peta dari tahun sebelumnya. Kasteelgracht sudah seluruhnya mengelilingi kastil. Pada tembok keliling yang melindungi pemukiman terlihat adanya penambahan bastion, yaitu Friestland, Groningen, dan Utrecht. Pada tembok keliling tersebut terdapat juga tiga buah rumah jaga (wachthuis). Pada kanal keliling di pemukiman yang tidak dilindungi oleh tembok keliling terdapat sebuah pintu gerbang dengan jembatannya. Jembatan-jembatan lain yang juga tergambar pada peta ini adalah schipbrug di bagian selatan kota dan jembatan Inggris di bagian barat kota.

Bangunan-bangunan yang tergambar pada peta ini, keletakannya masih sama dengan peta-peta sebelumnya, kecuali adanya penambahan sebuah bangunan yang disebut Huis van General van Ontvang,yang terletak di sebelah barat daya ruamah cukai (tolhuis) dan kediaman Mayor Vogel di sebelah timur Tijgergracht.

Peta Batavia tahun 1629

Pembangunan kota Batavia pada peta ini masih terpusat di bagian timur sungai Ciliwung, sedangkan di bagian barat sungai Ciliwung masih belum terlihat adanya pembangunan fisik, hanya terdapat pos-pos penjagaan di sepanjang anak sungai Ciliwung. Pada pertemuan anak sungai tersebut dengan kanal pelindung daerah bagian barat terdapat bastion Zeelandia.

Benteng Jacatra sudah tidak ada lagi tetapi dibanding dengan peta-peta sebelumnya terjadi penyempitan pada muara sungai Ciliwung. Pemukiman terlihat terbagi dua dan dipisahkan oleh sebuah kanal dan tembok. Pada pertemuan kanal pembatas tersebut dengan sungai Ciliwung didirikan bastion Braband.

Sistem jaringan kanal mengalami perubahan dimana Vierdedwarsgracht sudah tidak terlihat lagi. Dari legenda peta ini terlihat beberapa bangunan yang pada peta sebelumnya tidak disebutkan, yaitu pasar ikan yang terletak di sisi timur sungai Ciliwung, rumah sakit di sebelah utara Amsterdamschegracht, tempat hukuman (Justitieplaets van casteel) di sebelah barat laut rumah sakit, dan tempat tinggal para budak yang berlokasi di sebelah timur Tayolinsgracht.

Peta Batavia tahun 1632

Pada peta tahun 1632 ini banyak terjadi perubahan-perubahan yang mempengaruhi keadaan kota Batavia. Sungai Ciliwung yang sebelumnya berliku-liku, terlihat telah diluruskan. Di antara Kasteelgracht dan muara sungai Ciliwung tampak dataran yang seolah-olah memisahkan keduanya. Terlihat juga di bagian utara kastil semakin melebar ke arah utara.

Tembok kota hanya berdiri di sepanjang bagian pemukiman di sebelah timur sungai Ciliwung; sedangkan pemukiman bagian selatan pada sisi timurnya hanya dilindungi oleh kanal yang digali menuju sungai Ciliwung. Pada tembok kota juga terlihat di bagian luar dan dalamnya digali sebuah kanal sehingga tembok tersebut diapit dua buah kanal yang dikenal dengan nama Oosterbinnengracht dan Oosterbuitengracht. Dari Ooster­buitengracht itulah kemudian terbentang kanal yang melindungi kota bagian depan.

Seluruh bagian kini sudah dilindungi oleh kanal keliling, demikian juga pada sebelah barat sungai Ciliwung mulai terlihat pembagian blok-blok seperti yang terjadi di kota bagian timur. Dengan dibangunnya bagian barat sungai Ciliwung, maka dapat dilihat Batavia terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kota bagian timur (Ooster­stad) di sisi timur sungai Ciliwung, kota bagian depan (Voorstad) di sebelah selatan kota bagian timur, dan kota bagian barat (Westerstad) di sisi barat sungai Ciliwung.

Sistem jaringan kanal juga mengalami penambahan, yaitu dengan dibuatnya kanal yang sejajar dengan Tijgergracht. Bangunan-bangunan yang ada berdasarkan legenda peta adalah balai kota, gereja, kediaman Gubernur Jenderal, yang terletak di dalam kastil, dan tempat pengerjaan kayu, pabean. Di sebelah selatan Kasteelgracht tergambar lapangan kastil di mana terdapat tempat hukuman.

Peta Batavia tahun 1635

Pengamatan terhadap peta ini menunjukkan kota bagian barat sudah terpola tapi persebaran bangunan belum sebanyak kota bagian timur. Pada bagian utara Batavia terlihat juga penambahan garis pantai sehingga untuk memasuki sungai Ciliwung dari arah laut harus memasuki semacam kanal.

Keadaan tembok kota berikut dua buah kanal kelilingnya terlihat sudah sepenuhnya melindungi kota bagian timur dan barat. Sistem jaringan kanal juga mengalami perubahan, Kaaimansgracht pada peta ini dibagi dua berdasarkan lokasi pemukiman orang-orang Banda dan Malabar, yaitu Malabaarschegracht di bagian selatan dan Bandaneeschegracht di bagian utara.

Pembangunan blok-blok di kota bagian barat yang sebelumnya hanya berjumlah enam buah terlihat mulai ditambah lagi di bagian utara blok-blok sebelumnya. Pada kota bagian barat ini juga digali dua buah kanal yang membujur, yaitu Javaanschegracht dan Chineeschegracht. Kedua kanal tersebut kemudian dihubungkan oleh kanal yang melintang, yaitu Moorschegracht.

Dari pengamatan terhadap legenda peta, diketahui keberadaan bangunan-bangunan seperti balaikota, gereja, tempat pengerjaan kayu milik VOC dan orang Cina, serta pasar ikan. Terlihat pula beberapa pintu gerbang, seperti waterpoort di bagian utara kastil, Poort Diest di bagian selatan tembok keliling barat, dan Nieuwpoort di bagian selatan tembok keliling timur.

Peta Batavia tahun 1650

Digambarkan keadaan kota Batavia pada masa itu telah selesai semua tahap-tahap pembangunannya. Keberadaan ketiga bagian kota sudah terlihat sangat jelas lengkap dengan jaringan kanal dan jalan serta bangunan-bangunan pemukiman yang dilindungi oleh tembok keliling yang mempunyai bastion-bastion dan beberapa pintu gerbang. Penggalian kanal-kanal menghasilkan adanya blok-blok. Di dalam kota bagian timur terdiri dari tujuh blok dan tiga buah kanal yang membujur, yaitu Amsterdamschegracht, Groenegracht, Leeuwenegracht, serta tiga buah kanal yang melintang, yaitu Tijgergracht, Bandaneeschegracht, dan Malabaarsegracht. Tergambar pula bangunan-bangunan yang berada di kota bagian ini adalah balai kota, gereja, dan rumah sakit.

Dalam kota bagian barat, terlihat ada sembilan blok dengan tiga buah kanal yang membujur, yaitu Javaanschegracht, Chineeschegracht, dan Maleischegracht serta tiga buah kanal yang melintang, yaitu Mooeschegracht, Rhinocerosgracht, dan Jonkergracht. Bangunan-bangunan yang tergambar di kota bagian barat, berupa tempat pengerjaan kayu milik VOC dan orang Cina, pasar ikan, rumah sakit Cina, dan penjara.

Di kota bagian depan terlihat blok-blok untuk bangunan pemukiman tidak seteratur bagian-bagian kota yang lain. Kanal yang tergambar mengalir di kota bagian ini hanya satu buah, yaitu Tayolinsgracht.

Jaringan jalan yang tertera dalam peta ini adalah, Prinsestraat dan Heerestraat di kota bagian timur; Jonkerstraat dan Utrechtschestraat di kota bagian barat; serta Koestraat dan Kalverstraat di kota bagian depan.

Peta Batavia tahun 1733

Terlihat pada peta ini pemukiman di Batavia mulai berkembang di luar tembok kota ke arah timur, barat, dan selatan. Pada peta ini menggambarkan keadaaan Batavia dengan daerah sekitarnya yang merupakan tanah perkebunan dan pertanian. Untuk perlindungan daerah-daerah tersebut didirikan benteng-benteng kecil, yaitu Ancol di sebelah timur, Jacatra di sebelah tenggara, Rijswijk dan Noordwijk di sebelah selatan, serta Vijfhoek dan Angke di sebelah barat. Sebagai penunjang dari tanah perkebunan dan pertanian tersebut dibangunlah kanal-kanal yang melintasinya.

Berdasarkan pengamatan legenda dan peta, tercantum kanal-kanal Amsterdamschegracht, Tijgergracht, Kaaimansgracht, Malabaarschegracht, Leeuwenegracht, dan Groenegracht. Penyebutan Kaaimansgracht pada peta ini hanya sebatas pemukiman orang-orang Banda. Jaringan jalan yang tergambar dalam peta ini adalah Prinsestraat, Heerestraat, Bruchstraaat, Utrechtschestraat, dan Jonkerstraat. Pada peta ini bangunan-bangunan yang tertera berupa balai kota, gereja, rumah sakit VOC, rumah sakit Cina, penjara, tempat pengerjaan kayu milik VOC dan orang Cina, serta pasar ikan.

Peta Batavia tahun 1772

Berdasarkan pengamatan, terlihat penambahan garis pantai utara semakin besar dan di daerah tersebut tergambar garis pertahanan dengan sebuah benteng kecil (stereschans). Di muara sungai Ciliwung, di perairan laut Jawa juga didirikan benteng kecil (waterkasteel). Pada peta ini terlihat kondisi kota Batavia tidak banyak perubahan dibanding peta sebelumnya. Keletakan komponen-komponen kota masih sama seperti yang sudah disebutkan. Berdasarkan legenda komponen-komponen kota pada peta ini lebih lengkap dari pada peta-peta sebelumnya.

Balai kota terletak di sisi barat Tijgergracht. Tergambar juga empat buah gereja dalam peta ini, yaitu Nieuwe Hollandschekerk di sebelah barat laut balai kota, Lutherschekerk di sebelah selatan Amsterdamschegracht dan Portugeeschebinnenkerk di sebelah utara Utrecht­schestraat, serta Portugeeschebuitenkerk di luar kota Batavia. Di sebelah utara Amsterdamschegracht terdapat beberapa bangunan, yaitu gudang senjata (arsenaal), dispen, Ijzermagazijn, dan bekas bangunan Raad van Justitie. Bangunan-bangunan gudang juga terdapat di sisi dalam tembok kota bagian timur, yaitu Oostzijdepakhuizen.

Pada peta ini tertera 2 buah rumah sakit, yaitu rumah sakit VOC di sebelah barat daya balai kota dan rumah sakit Cina yang terletak di Rhinocherosgracht. Sepanjang Rhinocerosgracht juga terdapat bangunan­bangunan seperti rumah penampungan anak yatim (wesshuis) dan penjara (spinhuis). Pasar tergambar di sebelah utara Portugeeschebinnenkerk, yaitu yang dikenal dengan Hoenderspasar. Tempat pengerjaan kayu VOC dan Cina pada peta ini juga tergambar dengan jelas, yaitu di sisi barat sungai Ciliwung dan dipisahkan oleh Chineeschegracht.

Di daerah luar kota, kanal-kanal yang dibuat untuk mendukung tanah-tanah perkebunan yaitu Ancolschevaart, Molenvliet, Bacherachgracht, dan Groningenvaart. Dari kanal keliling terlihat juga kanal-kanal yang mengalir ke laut Jawa, yaitu Muara Pegantungan dan Heemradenmonding Tergambar pula beberapa pintu gerbang yang terdapat di tembok kota, yaitu Poort Rotterdam untuk keluar kota bagian timur, Nieuwpoort di kota bagian timur dan Diestpoort di kota bagian barat untuk keluar kota bagian selatan, serta Poort Utrecht untuk keluar kota bagian barat.

Peta Batavia tahun 1780

Dari hasil pengamatan terhadap peta ini, terlihat keadaan kota Batavia tidak jauh berbeda dengan peta tahun 1772. Tidak terlihat perubahan-perubahan yang besar pada bentuk fisik kota, hanya ada beberapa keterangan nama-nama kanal dan jalan yang tidak tercatat pada peta-peta sebelumnya. Terlihat Groenestraat terletak di antara Bandaneeschegracht dan Tijgergracht, Kwartierstraat terletak di antara Malabaarschegracht dan Tijgergracht. Heerestraat terlihat mengalami pemendekan karena di bagian selatannya penyebutannya menjadi Binnennieuwpoortstraat. Di sisi barat Binnennieuwpoortstraat terdapat jalan yang membujur, yaitu Kerkstraat dan Hospitaalstraat.

Di kota bagian selatan terlihat Buitennieuwpoortstraat yang merupakan kelanjutan dari Binnennieuwpoortstraat. Sejajar dengan Buitennieuwpoortstraat terdapat Buitenkaaimanstraat. Terlihat juga pada kota bagian selatan ini kelanjutan Tijgergracht, yaitu Buitentijgergracht yang terletak di antara Buitenkaaimanstraat dan Buitennieuwpoortstraat. Di kota bagian barat, terlihat pada kelanjutan Jonkerstraat sebelah utara terdapat sebuah jalan yang bernama Zandzee, yang berdasarkan data sejarah sering disebut juga dengan Lepelstraat.

Di daerah luar kota terlihat juga beberapa kanal, seperti di luar kota bagian barat terdapat Groningergracht, Garnaalrivier, Clappusriver, Ammanusgracht, Buffelsrivier, dan Bacherachgracht. Di antara Garnaalrivier dan sebuah kanal kecil Middelsloot terdapat kanal yang tegak lurus, yaitu Twededwarsgracht. Pada Bacherachgracht terdapat sebuah kanal yang mengarah ke selatan yang bernama Overwatergracht. Selain kanal-kanal daerah ini juga dibagi oleh jalan-jalan. Dari peta ini hanya tercatat enam nama jalan yang terletak di luar kota bagian barat, yaitu Groningerweg, Westvriestlandstraat, Javaschestraat, Buitenutrechtschestraat, dan Overwaterweg.

Di luar kota bagian depan, di sebelah barat sungai Ciliwung terdapat pemukiman untuk orang-orang Cina. Di daerah tersebut juga terdapat kanal-kanal, yaitu Suurijgracht dan Arreeksgracht. Pada bagian selatan kota bagian ini juga terlihat sebuah kanal yang mengarah ke selatan, yaitu Molenvliet. Pada pertemuan kanal keliling sebelah timur dengan sungai Ciliwung terdapat sebuah jalan yang mengarah ke tenggara, yaitu Jacatrascheweg. Di luar kota bagian timur tertera kanal-kanal melintang yang menghubungi Ancolschevaart dan Kali Sunter, yaitu Maygracht, Wijmandsgracht, dan Verbughsgracht. Di sebelah utara Ancolschevaart terlihat daerah tersebat juga terbagi-bagi oleh kanal yang melintang, tetapi yang tercantum namanya hanya Titus Anthonygracht dan dua jalan, yaitu Maatzuikergang dan Botteliersweg. Di sebelah selatan Botteliersweg terdapat sebuah kebun milik VOC (Heeren Heemraden vergadertuin). Bangunan-bangunan yang tertera dalam peta ini adalah balai kota; gereja yang terdiri dari Hollandschekerk, Lutherschekerk, Portugeesbinnenkerk, dan Portugeesbuitenkerk; rumah sakit VOC dan rumah sakit Cina; penjara; tempat penampungan anak yatim; pasar; dan pergudangan. Di bagian utara kota bagian barat tertdapat sebuah benteng kecil di sisi timur Muara Pegantungan yang diberi nama Dieren.

Pola Pemukiman Kota Batavia Abad XVII - XVIII

Salah satu cara untuk mengetahui pola pemukiman di situs arkeologi adalah dengan menggunakan analisis penggunaan lahan. Analisis penggunaan lahan ini dilandasi oleh anggapan bahwa manusia tidak begitu saja menempatkan dirinya dalam masyarakat, melainkan mengelompok berdasarkan aktivitas sosial yang dilakukannya atau latar budaya tertentu. Semakin tinggi keragaman penggunaan lahan di suatu wilayah, semakin tinggi juga nilai wilayah tersebut. Hal ini menunjukan bahwa di wilayah tersebut terdapat banyak aktivitas (Wibisono 1988: 37). Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa keletakan lokasi suatu aktivitas menunjukan kedudukan aktivitas tersebut dalam suatu pemukiman.

Sebagaimana diketahui, dari penafsiran terhadap peta-peta Batavia, perkembangan Kota Batavia pada abad XVII - XVIII dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase 1 di sisi timur Sungai Ciliwung; fase 2 di dalam tembok kota; dan fase 3 di dalam dan di luar tembok kota.

Fase 1

Fase 1 merupakan awal pembangunan fisik Batavia. Terlihat pembanguna kota baru berada di sisi timur Sungai Ciliwung. Pada bagian utara kota dibangun benteng (Fort Jacatra) sebagai sistem pertahanan kota. Pada fase ini juga benteng tersebut kemudian berkembang lebih besar dan agak bergeser ke sebelah timur dari lokasi sebelumnya. Benteng tersebut diberi nama Kastil Batavia.

Terlihat tatakota pada fase ini masih sederhana. Pada awal fase 1 terdapat 2 jenis pemukiman, yaitu yang dilindungi dan yang belum dilindungi. Kedua pemukiman tersebut berada di sebelah selatan benteng. Perlindungan terhadap pemukiman pada awalnya baru berupa kanal tetapi setelah tahun 1628 sistem pengamanan diperkuat lagi dengan mendirikan tembok kota.

Sebagai pusat pemerintahan, Balai kota terletak di tengah pemukiman. Bangunan pelayanan umum seperti (1) pasar terletak di lapangan kastil, di sebelah barat sunagi Ciliwung, dan sebelah timur laut Balai kota; (2) rumah sakit terletak di sebelah selatan balai Kota; dan (3) sekolah terletak di sisi barat Tijgergracht.

Bangunan peribadatan berupa gereja terletak di sebelah tenggara Balai Kota. Pada fase ini banguan perniagaan hanya tempat pengerjaan kayu yang terletak di sisi barat Sungai ciliwung tepatnya pada salah satu anak sungainya di bagian utara kota.

Jaringan kanal dan jalan masih sedikit, terlihat kanal keliling kota masih terdapat di sisi timur Sungai Ciliwung. Pada akhir fase ini baru terdapat 4 kanal yang melintang yaitu Amsterdamschegracht, Gronegracht, Leeuwenegracht, dan Vierdedwrasgracht. Keempat kanal tersebut di bagian timurnya dihubungi oleh kanal yang melintang , yaitu Tijgergracht. Selain itu di antara kanal keliling kota sebelah selatan dan Sungai Ciliwung terdapat kanal yang melintang, yaitu Tayolinsgracht.

Sama dengan jaringan kanal, jaringan jalan pada fase ini juga masih belum banyak. tercatat Prinsenstraat yangmerupakan jalan penghubung dari Kastil Batavia ke Balai Kota; Heerensrtaat yang terletak di sebelah barat balai Kota; Kostraat yang terletak di sebelah barat Tayolinsgracht; dan Kalverstraat yang terletak sejajar di sebelah selatan Koestraat.

Pada akhir fase Ini terlihat pembangunan fisik di sisi barat Sungai Ciliwung mulai dilakukan. tetapi tata kota di wilayah ini masih belum teratur. Di wilayah ini masih terdapat sisa-sisa reruntuhan Kota jayakarta dan bangunan-bangunan milik Inggris.

Fase 2

Pada fase ini terlihat tata kota batavia mulai tertata rapi. Berdasarkan keletakannya kota dapat dibagi 3, yaitu kota bagian timur (Oosterstad), kota bagian barat (Westerstad), dan kota bagian depan (Voorstad). Pada fase ini terlihat seluruh bagian kota dilintasi oleh jaringan kanal dan jalan.

Ketiga bagian kota ini juga merupakan lokasi pemukiman. Pada fase ini terlihat pembagian pemukiman berdasarkan kelompok etnik, seperti pemukiman Banda di sebelah barat laut Balai Kota; pemukiman malabar di sebelah barat Balai kota. Berdasarkan keterangan sejarahuntuk pemukiman Belanda berada di sekitar Balai Kota, pemukiman Portugis berada di kota bagian barat, dan pemukiman Cina berada di kota bagian barat dan kota bagian depan.

Sejalan dengan perkembangan pemukiman, fasilitas pelayanan umum juga bertambah seperti rumah sakit yang terletak di pemukiman Cina (Chineesehospitaal) dan rumah sakit milik VOC (Binnenhospitaal) yang terletak di sebelah tenggara Balai Kota. Lokasi rumah sakit ini merupakan lokasi yang baru karena pada fase 1 rumah sakit milik VOC terletak di Koestraat (kota bagian depan). Sekolah terletak di pemukiman Banda dan pemukiman Cina di kota bagian barat.

Pada fase ini terlihat juga ada 2 tempat pengerjaan kayu, yaitu milik VOC dan milik Orang Cina. Tempat pengerjaan kayu milik Orang Cina tersebut terletak di sebelah selatan tempat pengerjaan kayu milik VOC.

Pada fase ini juga terlihat adanya penembahan bangunan keamanan, yaitu penjara untuk hukuman berat bagi wanita (spinhuis) yang terletak di Rhinocerosgracht., Sebagaimana diketahui pada fase-fase sebelumnya penjara terletak di bagian bawah gedung Balai Kota.

Jaringan kanal dan jalan pada fase ini juga mulai tertata, terutama di kota bagian barat dan kota bagian depan. Menurut de Haan (1932), penamaan kanal dan jalan tersebut terkadang bercampur aduk,tetapi beberapa mempunyai nama resmi dari VOC, seperti Stadgracht, Oosterbinnengracht, Oosterbuitengracht, Westerbinnengracht, Westerbuitengracht, Tijgergracht, Amsterdamschegracht, Groenegracht, Leewenegracht, Malabaarschegracht, Bandaneeschegracht, Tayolinsgracht, Kaaimansgracht, Javaanschegracht, Chineeschegracht, Moorschegracht, Maleischegracht, Jonkergracht, Rhinocerosgracht, dan Kasteelgracht; sedangkan nama-nama resmi jalan seperti Heerenstraat, Kwartierstraat, Zandzee, Utrechtschestraat, Brugstraat, dan sebagainya.

Fase 3

Pada fase ini terlihat adanya pemekaran kota ke arah selatan. Pemekaran ini terutama terjadi karena dibukanya hutan-hutan di daerah tersebut untuk dijadikan perkebunan dan pertanian. Dengan dibukanya daerah tersebut maka pemukiman juga berkembang. Meskipun demikian fasilitas-fasilitas umum, perniagaan dan pemukiman masih berada di dalam tembok kota. Pada awalnya daerah di luar tembok kota hanya merupakan tempat peristirahatan saja tetapi pada masa-masa kemudian terjadi perubahan orientasi terutama ketika keadaan lingkungan di dalam tembok kota menjadi kotor dan berbau maka daerah tersebut menjadi tempat tinggal.

Pada fase ini pusat pemerintahan masih berada di kota bagian timur. Pada fase ini juga terhitung ada 5 buah gereja yang berada di daerah pemukiman, yaitu maleischekerk di Binnennieuwpoortstraat, Lutherschekerk di antara Amsterschrgraht dan Groenegracht, Portugeeschebinnenkerk di Utrechtschestraat, dan Portugeeschrbuitenkerk di Jacatraseweg. Tercatat juga di sebelah barat Balai kota terdapat gereja kota (stadkerk/ Hollandschekerk).

Fasilitas-fasilitas umum terlihat juga masih terpusatkan di dalam tembok kota, seperti rumah sakit milik VOC di Binnennieuwpoorstraat (Binnenhospitaal) dan di Rhinocerosgracht (Chineeschehospitaal). Pada fase ini tercatat ada 7 sekolah milik VOC yaitu di Rhinocerosgracht, Bandaneeschegracht, kota bagain depan dekan pos penjagaan Buren, Amanusgracht, dan dekat Roterdammerpoort. Selain itu terdapat sebuah sekolah Cina yang terletak di Rhinocerosgracht.

Penambahan fasilitas umum juga terlihat pada fase ini, yaoitu dengan adanya rumah penampungan anak yaitu (weeshuis) dan rumah penampungan orang miskin (armhuis) yang terletak di Rhinocerosgracht). Fasilitas-fasilitas umum lainnya juga terlihat di sebelah timur luar tembok kota berupa kebun milik VOC (Compagnieboeien) yang berfungsi sebagai taman kota.

Hal yang menarik juga pada fase ini adalah adanya penambahan pada bangunan perniagaan berupa pergudangan. Pergudangan tersebut berada di bagian utara kota baik di kota bagian barat dan kota bagian timur. Selain itu di sebelah selatan pemukiman Malabar terdapat bengkel kerja VOC (Ambachtkwartier) yang mengerjakan pengadaan fasilitas kota seperti pembangunan gedung-gedung pemerintahan, jembatan, kanal dan jalan.

Sejalan dengan pemekaran kota, VOC juga mendirikan benteng-benteng kecil di sudut kota, yaitu Jacarta di sebelah Tenggara, Rijswijk dan Noordwijk di sebelah selatan, Vijfhoek, angke, dan Buitenwacht di bagian barat. Selain itu pada fase ini di bagian utara kota tercatat 7 buah benteng, yaitu Pulau Onrust, Pulau Cipir, Pulau Kelor, Pulau Sakit (Bidadari) di perairan utara Batavia serta Waterkasteel, Stereschan, Dieren dan Kastil Batavia di bgain utara kota.

jaringan kanal dan jalan pada fase ini juga terlihat berkembang di luar tembok kota. Jaringan kanal tersebut adalah Antjolschevaart, Muara Pegantungan, Heemradenmondingen, Ammanusgracht, Bacherachtgracht, Groningenvaart, Mookervaart, Molenvliet, Garnaalrivier, Clappusrivier, Buffelsrivier, Middlesloot, Tweededwarsgracht, Overwatergracht, Suurijgracht, Arreksgracht, Maygracht, Wijmandsgracht, Verbughgracht, Titus Anthonygracht; sedangkan jaringan jalan yang berada di luar tembok kota adalah Jacatraseweg, Bottelierweg, Matzuikergang, Groningenweg, WestVriestlandstraat, Javaschestraat, Buiten Utrechtschestraat, dan Overwaterweg.

Penutup

Berdasarkan pengamatan peta, Batavia pada abad XVII - XVIII mengalami 3 fase pembangunan. Fase 1 merupakan awal pembangunan fisik kota di mana wilayah kota masih berada di sebelah timur Sungai Ciliwung. Pada fase 2 terlihat kota sudah mulai meluas dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu kota bagian timur, kota bagian barat dan kota bagian depan. Secara keseluruhan wilayah kota dilindungi oleh tembok keliling. Pada fase 3 wilayah kota meluas ke arah selatan. Pemekaran ini terjadi karena hutan-hutan di sekitar Batavia dibuka untuk dijadikan tanah pertanian dan perkebunan. Pada awalnya daerah baru tersebut merupakan tempat peristirahatan tetapi pada masa-masa kemudian daerah tersebut berfungsi tempat tinggal juga.

Sebagaimana diketahui bahwa manusia berkelompok berdasarkan aktivitas sosial atau latar budaya tertentu maka hal tersebut terlihat juga pada pola pemukiman di Batavia. terlihat pada peta dan data sejarah pemukiman di kota Batavia berdasarkan latar belakang etnik, seperti Banda yang terletak di sebelah barat laut Balai Kota, Malabar di sebelah barat Balai Kota, Belanda di sekitar Balai Kota, Portugis di kota bagian barat, dan Cina di kota bagian barat dan kota bagian depan. Di wilayah pemukiman ini juga terdapat fasilitas-fasilitas umum seperti sekolah, gereja, pasar, rumah penampungan anak yatim, rumah penampungan orang miskin dan rumah sakit.

Pengelompokan aktivitas sosial juga terlihat pada pola pemukiman di Batavia. Sebagai kota pusat perdagangan VOC maka di sebelah utara kota didirikan bangunan-bangunan perniagaan berupa pergudangan. Pergudangan ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang-barang komoditi dan logistik VOC. Keletakan pergudangan ini juga tidak jauh dari pelabuhan yang merupakan pintu masuk Batavia. Sebagai pusat pemerintahan lokasi Balai Kota berikut komponen-komponen lainnya terletak di tengah kota. Wilayah pusat pemerintahan terdiri dari dari komponen-komponen kota berupa Balai Kota, Gereja Kota, dan rumah sakit. Di bagian depan Balai Kota terdapat sebuah tempat terbuka yang berfungsi sebagai alun-alun.

Mengenai wilayah pertahanan dan keamanan terlihat VOC memusatkan di bagian utara Kota Batavia. Pemusatan wilayah pertahanan dan keamanan ini dapat dilihat dari jumlah dan ukuran benteng-benteng yang terdapat di wilayah tersebut. Dari 16 buah benteng yang terdapat di Kota Batavia, tercatat 8 buah berada di bagian utara kota tersebut, hal ini dapat dikatakan karena di wilayah tersebut merupakan daerah perniagaan yang menjadi urat nadi VOC.


*)Tulisan ini telah diterbitkan di Jurnal Penelitian Balai Arkeologi Bandung Nomor 5/Maret/1999

Tidak ada komentar:

Posting Komentar