Berdiri kokoh di tepi pantai Teluk Bengkulu, Benteng Marlborough adalah saksi bisu dari perjalanan sejarah Kota Bengkulu. Pada masa lalu benteng ini merupakan basis pertahanan Inggris untuk melindungi Bengkulu yang merupakan wilayah monopoli Inggirs dalam perdagangan lada.
Benteng Marlborough merupakan salah satu obyek wisata yang ditawarkan oleh Pemerintah Daerah Kotamadya Bengkulu. Benteng yang terletak di sebuah kawasan pemukiman kuno di Kotamadya Bengkulu juga merupakan daya tarik tersendiri dalam pengembangan wisata edukatif.
Kedatangan yang tidak disengaja
Sebenarnya keberadaan Inggris di Bengkulu dapat dikatakan tidak disengaja. Berdasarkan catatan sejarah, ketika Belanda mendapat hak monopoli di Banten, yang merupakan salah satu pusat perdagangan lada pada abad XVII, banyak bangsa-bangsa Eropa lainya meninggalkan Banten. Pada saat itu Inggris bermaksud berlayar ke Pariaman, tapi karena kesalahan navigasi kapal-kapal Inggris tersebut tidak merapat di Pariaman melainkan di Bengkulu yang berjarak ± 300 mil di sebelah selatan.
Kedatangan Inggris di Bengkulu mendapat sambutan baik oleh penguasa setempat, yang memang sehari sebelum armada Inggris tersebut berangkat dari Banten, penguasa Bengkulu telah mengirim undangan ke pusat perdagangan Inggris di Madras, India untuk berhubungan dagang dengan mereka. Dengan diterimanya Inggris oleh penguasa Bengkulu, maka diberikanlah sebidang tanah di muara Sungai Bengkulu untuk dijadikan pos dagang yang dilengkapi benteng pertahanan, yaitu Benteng York.
Benteng York berdiri hanya 29 tahun. Mudanya masa berdiri benteng tersebut dikarenakan lingkungan di sekitar benteng yang kurang sehat. Lingkungan sekitar Benteng York berupa rawa-rawa sehingga sering mendatangkan penyakit, selain itu dari catatan sejarah dilaporkan juga pagar benteng yang menghadap laut sering rusak diterpa ombak.
Menanggapi hal tersebut, maka diputuskan untuk memindahkan pusat perdagangannya ke tempat yang lebih baik. Akhirnya pada tahun 1714 Gubernur Jenderal Joseph Collet memilih lokasi ± 2 km sebelah selatan Benteng York, yaitu di tepi pantai Teluk Bengkulu.
Pusat perdagangan yang baru tersebut juga diperkuat dengan sebuah benteng baru. Benteng baru ini oleh Joseph Collet dinamai sesuai dengan gelar seorang bangsawan Inggris John Churcill, yaitu Duke of Marlborough.
Dari basis pertahanan menjadi museum
Selama berfungsinya sebagai basis pertahanan, Benteng Marlborough telah mengalami beberapa kali penyerangan. Pada tahun 1719 ketika belum selesai sepenuhnya, rakyat Bengkulu menyerang dan membakar Benteng Marlborough sehingga orang-orang Inggris melarikan diri dan meminta bantuan ke Madras.
Setelah penyerangan tersebut baru tahun 1724 orang-orang Inggris kembali ke Bengkulu. Dengan membawa perjanjian yang baru dengan penguasa Bengkulu maka Inggris meneruskan hak monopolinya di Bengkulu. Tahun 1760 terjadi lagi penyerangan terhadap Benteng Marlborough, kali ini oleh armada Perancis, tetapi penyerangan ini berhasil ditanggulangi dengan ditandatanganinya perjanjian antara Inggris dengan Perancis tahun 1763.
Keberadaan Inggris di Bengkulu yang berlangsung selama lebih dari 150 tahun berakhir setelah ditandatanganinya perjanjian antara Inggris dengan Belanda yang dikenal dengan Treaty of London. Dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut maka seluruh Bengkulu terrmasuk Benteng Marlborough menjadi milik Belanda.
Benteng Marlborough dikuasai oleh Belanda sampai tahun 1942, ketika Jepang masuk ke Indonesia. Sama seperti masa-masa sebelumnya, oleh Jepang benteng ini digunakan sebagai basis pertahan mereka. Keberadaan Jepang di Benteng Marlborough berakhir sejalan dengan kemerdekaan Indonesia, pada saat itu Benteng Marlborough kemudian diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia.
Setelah berdiri selama ± 200 tahun, Benteng Marlborough yang pada awalnya berfungsi sebagai basis pertahanan saat ini beralih fungsi menjadi museum.
Berbentuk seperti kura-kura
Secara umum Benteng Marlborough mempunyai denah segi empat dengan bastion di tiap-tiap sudutnya. Benteng ini mempunyai pintu masuk yang berupa bangunan tersendiri yang dipisahkan oleh parit keliling dan berdenah segi tiga. Dengan demikian bentuk keseluruhan dari Benteng Marlborough mengingatkan kita pada bentuk kura-kura.
Pada bastion-bastion dan bangunan antar bastion Benteng Marlborough bagian atasnya dilindungi oleh pagar tembok yang memiliki celah intai. Pada bastin tersebut juga masih dapat ditemui rel yang berbentuk lingkaran yang merupakan bekas tempat meriam.
Di bagian dalam Benteng Marlborough, terdapat bangunan-bangunan yang beberapa ruangannya difungsikan sebagai ruang display museum. Ruang display ini menampilkan beberapa lukisan reproduksi yang menggambarkan keadaan benteng pada abad XVIII dan rumah Gubernur Jenderal Raffles di salah satu bukit di daerah Bengkulu. Selain itu ditampilkan juga reproduksi naskah-naskah kuno yang berupa surat penguasa-penguasa Bengkulu kepada Gubernur Jenderal Joseph Collet.
Disamping gambar dan naskah, Benteng Marlborough juga menyimpan sejumlah meriam kuno dan pelurunya. Meriam-meriam tersebut sebagian merupakan meriam Benteng Marlborough dan sebagian lagi merupakan meriam yang ditemukan di sekitar benteng.
Pada salah satu bastion, yaitu bastion barat terdapat ruangan yang dulunya berfungsi sebagai penjara. Keadaan penjara tersebut dapat dikatakan cukup menyeramkan karena sangat gelap dan terletak lebih rendah dari ruangan-rungan yang lainnya sehingga sering disebut ruang bawah tanah. Ruangan penjara ini tidak mempunyai ventilasi sehingga dingin dan lembab. Pada langit-langit lorong ruangan penjara ini terdapat lukisan-lukisan yang terbuat dari goresan arang yang berbentuk binatang seperti burung, gajah, dan harimau. Tidak diketahui kapan lukisan-lukisan itu dibuat, apakah oleh orang-orang yang dipenjara ketika Benteng Marlborough dikuasi oleh Inggris atau Jepang.
Pada salah satu bangunan di Benteng Marlborough juga tedapat sebuah gambar kompas yang tergores di dinding dan tulisan berbahas Belanda yang berbunyi:
"Die dit kompas aanzie berisp den knoeyer met bedeng dat leeigen tijd knoijerij mij leidt en dat voor tijdverdrijk ik dit hier nederschrift"
Sama dengan lukisan-lukisan binatang di ruangan penjara, goresan gambar tersebut tidak diketahui kapan dan siapa yang membuatnya.
Suasana sunyi dan hembusan angin pantai dapat ditemui bila mengunjungi Benteng Marlborough. Pada akhir minggu banyak pasangan muda-mudi yang berkunjung ke Benteng Marlborough untuk sekedar merasakan sejuknya angin pantai dan menikmati langit jingga pada saat matahari tenggelam di pantai Teluk Bengkulu.
*)Tulisan ini telah diterbitkan di Harian Sriwijaya Post, 8 November 1998
Tidak ada komentar:
Posting Komentar